Posted by : Penangkap Mimpi
Minggu, 08 Maret 2015
Ada Udang
di Balik Batu
Karya:
Tri Nur M.
“Namaku
Kaname Uchiha dan ini adik kembarku Kanie Uchiha (Menepuk bahu Kanie). Kami
akan bercerita tentang masa kecil paling mengharukan kami yang sangat berbeda
dengan kebanyakan orang.”,kata Kaname. “Karena Kami hidup dengan cara Kami
sendiri.”sambung Kanie. “Dan inilah kisah Kami berdua.” Kata Kaname dan Kanie
bersamaan.
Sepuluh
tahun yang lalu, waktu itu usia kami baru 5 tahun. Saat itu, Ibu Kami suka
benget mendesain baju-baju anak-anak perempuan. Dan, kami yang disuruh menjadi
modelnya, padahal Kami ini laki-laki. Mungkin karena wajah kami imut. Pada
waktu itu, ada satu pengasuh yang sangat Kami suka.
Suatu
hari, Orangtua Kami pergi ke Inggris untuk mengurus perusahaan cabang Inggris.
Jadi, Kami hanya tinggal berdua dirumah dengan para pelayan, pengasuh Kami, dan
Bibi Konan yang sangat cerewet. “Wah..wah, hari ini kalianpun lucu seperti
boneka. Yang memakai baju hijau Kaname dan yang memakai baju biru Kanie ya?”
Kata Bibi Konan sambil basa-basi. “Bibi salah, yang berbaju hijau Kanie dan
yang berbaju biru Kaname. Sudah dewasa gitu kok masih salah, kayak orang bodoh
saja. “ Ucap Kami bersamaan. “Ha..ha..ha.., maaf ya? Bibi salah. Jadi yang
hijau Kanie dan yang biru Kaname ya? Kata Bibi Konan.”Bukan...salaah!!!, yang
hijau Kaname yang biru Kanie. Looo...yang hijau Kanie yang biru Kaname?”Kata
Kaname sambil menatap Kanie. “ Aduuh...Bibi jadi bingung, kalian mirip sekali sih.”
Kata Bibi Konan. “Memang. Tapi kalu Bibi sih miripnya sama ini..citt.ciit.cit
(melemparkan tikus kecil ke muka Bibi Konan)..Kata Kanie. “ Kyaaaa...”Teriak
Bibi. “ jangan begitu Tuan mudaa!!!” teriak penasuh kami.
Setelah
kejadian itu, kami memutuskan untuk bermain berdua dikamar. Karena jika bermain
diluar ada Bibi Kami yang menyebalkan. Tidak hanya itu, semua orang dewasa
menyebalkan, kecuali Orangtua Kami. Dan yang paling parah, walaupun mereka
sudah dewasa, tapi masih belum bisa membedakan Kami berdua. Padahal kami sih,
tidak pernah tertukar antara Kaname dan Kanie. Lalu, pada tengah malam, Kami
melakukan rutinitas penjelajahan malam, dan tanpa Kami sengaja, Kami mendengar
pengasuh Kami sedang bertelepon.
“
Ya..Semua berjalan lancar, Aku dipekerjakan dengan mudah disini. Masalah
keamanan rumah ini bisa ku akali. Apalagi dua anak kembar bodoh itu selalu
menghilang, jadi Aku punya banyak kesempatan bagus untuk membuka
brankas....Kyaaaa...(teriak pengasuh Kami sambil menjatuhkan Hpnya begitu
melihat Kami di belakang pintu). “Mau buka brankas itu ya?? Lebih baik jangan
deh, kalau nggak punya kode rahasianya, satpam rumah
bakal langsung ke ruang brankas loo. Lagipula nggak ada uangnya kok, zaman
begini cuma orang bodoh yang simpan uang banya dirumah.” Jawab Kanie. “Jadi
isinya apa?” Tanya Pengasuh. “Mainan Kami” Jawab Kaname dan Kanie bersamaan.
“Apa!!jangan masukan barang tak berguna gitu dong!! Kalau ketahuan gini nggak
ada cara lain selain membuat kalian diam.” Jawab pengasuh Kami sambil
menyodorkan pisau kearah kami.
“Tombol
ini”sahut Kaname sambil menunjukan tombol yang ada dikalung Kanie pada
pengasuh. “ Kalau dipencet, satpam rumah bakal langsung disini, karena ditombol
ini ada pelacaknya.” Jelas Kaname. “ Coba pencet yuuuk!...”Sahut
Kanie. “Kyaa..Kyaa..jangaan!!” Teriak pengasuh Kami. “Ini nomor brankasnya(
Kaname menunjukan kertas bertuliskan nomor brankas pada pengasuh). Biar isinya
mainan kata Papa, harganya mahal. Mungkin bisa berguna.” Sahut Kaname. “Papa
dan Mama baru pulang minggu depan, kalau mau main sama kita, akan kita kasih
kertas ini, gimana?” Kata Kanie.
Setelah
itu, selama 6 hari kami bermain dengan pengasuh Kami. Dia menceritakan
petualangannya selama menjadi pencuri ulung, dan kami sangat suka ceritanya
karena sangat menarik untuk didengar. Selain itu, dia juga baik & ramah ,
tidak basa-basi dll. Dia juga mengajarkan pada Kami cara menipu orang dengan
senyum palsu, marah palsu, bertengkar palsu dll. Dia juga selalu
menekankan prinsipnya bahwa dia selalu menerapkan peribahasa ‘Ada udang dibalik
batu’ dan dia tidak akan mempercayai siapapun yang berada didekatnya, dia hanya
percaya pada dirinya sendiri. Dan pada malam hari ke-7, itu adalah malam
terakhir sebelum pengasuh kami pergi dan kami harus menyerahkan
kertas itu padanya. Tapi, sebenarnya kami tidak mau dia pergi, jadi kami
menyembunyikan kertas itu dicelengan kami. Kami berharap dia tidak menemukan
kertas itu. Namun dugaan Kami meleset total. Karena pada Pagi harinya kami
terbangun karena mendengar suara ribut-ribut dari ruang brankas. Dan ternyata,
brankas rumah terbuka isinya pun hilang, bahkan pengasuh Kamipun menghilang.
Ternyata pengasuh Kami berhasil menemukan kertas itu dicelengan Kami. Karena
Kami melihat celengan Kami sudah pecah berkeping-keping.
“Kaname..Kanie..
Jangan-jangan kalian yang memberikan nomor brankas itu pada pengasuh kalian
ya?” Tanya Bibi Konan. “ Huee...hiks..hikss..waaaa.....Kami pun pura-pura
menangis. “Cup..cup..jangan nangis, maafkan Bibi ya? Padahal sebenarnya yang
paling dikhianati adalah kalian . “ hibur Bibi pada Kami. “Kau harus tangkap
pelakunya untuk Kaname dan Kanie!!!” suruh Bibi pada satpam rumah dan pelayan
rumah yang lain. “ Hi..hii..hii”..Kami pun tertawa kecil karena berhasil menipu
Bibi dengan pura-pura menangis. Anak-anak kecil seperti Kami tertipu
mentah-mentah oleh pengasuh Kami. Dan Kamipun teringat pada prinsip hidupnya:
Ada udang dibalik batu yang maksudnya adalah ada suatu maksud yang tertentu
/tersembunyi dan dia tidak akan mempercayai siapapuhn yang berada didekatnya,
yang bisa dipercaya hanya diri sendiri. Tapi, Kami berterimakasih padanya
karena diajari teknik bagus yang akan berguna selama hidup Kami. Setelah itu,
Kamipun mengembangkan teknik-teknik yang sudah ia ajarkan pada Kami untuk
mengisi waktu luang Kami. Maka dengan mantap, Kami hidup dengan cara kami
sendiri. “Selesaiiii”. Itulah kisah mengharukan Kami, yaitu pertama kali nangis
bohong-bohongan didepan oranglain”. Kata Kaname dan Kanie bersamaan.